Pantas-kah Ksatria Berteriak Mengeluh


Sudah lama saya tidak menulis di blog tercinta ini. Karena memang banyak faktor yang menyebabkan saya lama tidak menulis di blog ini. Salah satu faktor yang paling kuat adalah dikarenakan tidak adanya semangat dan ide baru yang patut untuk saya tuangkan. Akhir akhir ini timbul suatu ketakutan akan pandangan atau langkah untuk maju ke-depan. Sebenarnya bukan sebuah ketakutan namun lebih kepada keraguan untuk menatap masa depan.

Entah karena faktror sulitnya dalam mendapat secerca cahaya terang benderang dalam langkah-ku, atau ini lebih karena memang cobaan yang harus dijalani. Sulitnya mencari jalan keluar untuk menembus kegelapan kembali lagi kepada sebuah ketakutan akan kegelapan. Dan ini menjadi sebuah pusaran yang sangat teramat kuat yang kini mencengkeram menyedot hingga asa-ku tak tampak lagi. Berbagai daya dan upaya telah-ku lakukan, namun tak membuahkan hasil. Karena memang tak ada pegangan apa-pun di pusaran tersebut yang dapat ku jadikan tambang untuk-ku berpegang hingga aku dapat keluar dari pusaran yang menyedot-ku.

Semua pandangan yang indah akan masa depan kini telah sirna tertutup awan kelabu yang menaungi di kepalaku. Tak ada lagi warna warni bayangan indah yang selalu menghiasi angan angan. Apakah harus ku angkat bendera putih sebagai tanda kekalahan-ku ini. Atau haruskah ku kibarkan bendera kuning tanda mati-nya asa yang sudah tenggelam bersama pusaran yang selalu berputar menyedot-ku. Dan Pantas-kah Ksatria Berteriak Mengeluh akan nasib kekalahanya. Hmmm,,, sungguh ku menangis saat menulis paragraf ini. Ksatria yang menagis di keheningan malam yang sedih merenungi kekalahanya.

Sedikit demi sedikit angan-ku kembali berulang menggetarkan nadi dan jantungku. Teringat akan sosok kecil mungil yang harus ku jaga. Sosok kecil mungil dengan senyum indah yang mempesona. Yang membuatku bergairah untuk menjadi seorang ksatria. Hmmm,,, sungguh suatu kenistaan yang ku lakukan apabila ku melewatkan bayangan yang menggetarkan seluruh jiwaku ini.. Sebuah semangat kembali memuncar keluar dari tubuh. Sebuah semangat baru tak boleh ku sia siakan lagi untuk melanjutkan perjalanan menjadi seorang Ksatria yang harus bisa menanggung takdirnya menjadi seorang manusia.

DUH GUSTI PARINGONO KEKIYATAN SUPADOS KIYAT ANGGON KULO NGGALMPAHI SEDOYO LELAMPAHAN MENIKO. NDADOSAKEN KULO MANUNGSO KANG MIGUNANI MARANG SEDOYO TITAH URIP WONTEN PUNDI KE MAWON.



2 comments:

  1. yusuf1083@yahoo.co.id

    Pantas kok sang ksatria berteriak mengeluh (wajar soalnya kita manusia), tapi sungguh tak pantas sang ksatria berteriak menyerah

    ReplyDelete
  2. "hahhahah,,, memang tidak pantas seorang kesatria beretriak menyerah,,, bahkan seorang kesatria selevel patih Gajah Mada pun memilih melepas jabatannya sebagai seorang patih karena kesalahan dan bukan kekalahan,,, dan menyepi memohon ampun kepada sang Gusti atas kesalahanya,,,"

    ReplyDelete