Jum'at legi tepat tanggal 1 juni 2012 saya melakukan Perjalanan Sowan Ke Petilasan Raden Brawijaya di Pantai Ngobaran Gunungkidul. Perjalanan kali ini menjadi salah satu agenda saya dalam liburan tahun ini. Kami berangkat dari kota Wonosari bersama rombongan empat orang yaitu kedua adik saya dan bapak saya yang turut pula dalam rombongan.
Tepat jam 7.30 pagi kami berangkat. Yang menjadi petujuk jalan adalah adik saya ari subag yang memang beberapa waktu yang lalu sempat pergi ke sana bersama teman teman-nya. Saya sendiri baru kali ini sowan ke Petilasan Raden Brawijaya di Pantai Ngobaran. Jadi jalan menuju ke tempat tersebut sama sekali belum mengetahuinya.
Cuaca pagi itu sangat cerah dan mentari pagi pun sangat kelihatan sekali dari ufuk timur. Namun setelah beberapa saat berjalan meninggalkan rumah tepat-nya setelah kami mengisi bensin motor kami, tiba tiba gerimis datang. Karena gerimis tidak begitu besar kami-pun meneruskan perjalanan. Dalam hati saya berkata mungkin ini adalah sebuah pertanda bahwa perjalanan kami kali ini mendapat sebuah ijin dari para leluhur kami. Sebagai mana niat kami yang kami lakukan sebelum melakukan perjalanan.
Di perjalan ini kami menempuh rute melalui jalur tengah yang melintasi kota wareng yang mengambil arah ke-kanan dan melewati pertigaan paliyan dan mengambil arah ke kota panggang.
Sungguh suasana pedesaan yang begitu asri, dan menyuguhkan pemandangan bukit bukit pegunungan kecil dan masyarakat desa yang begitu ramah.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, kami sampai di pos TPR masuk ke kawasan pantai. Namun pagi itu pos TPR belum ada yang jaga. Akhirnya kami masuk kawasan pantai karena memang pos tpr tidak di lengkapi dengan palang pintu. Tidak lama kemudian kami tiba di lokasi. Setelah memarkir kendaraan kami di tempat parkir kami berjalan menuju sebuah tempat. Ada sebuah lokasi di situ terdapat beberapa patung yang memang saya sendiri tidak mengenal tokoh tokoh patung tersebut. Namun yang menarik bagi saya tulisan yang terdapat di bawah patung mempunyai arti yang begitu dalam. Walaupun hanya sebuah kata yang ringan namun bagi saya itu semua sangat berbobot. Dari begitu banyak patung hanya satu yang saya kenal yaitu sebuah patung tokoh Semar yang tulisan di bawahnya berbunyi Eling. Bagi saya itu menjadi semacam pepeling supaya orang hidup di dunia ini haruslah tetap eling akan asal usul dan dari mana manusia itu bisa samapai seperti saat ini. Seperti yang sering saya baca di tulisan mas sabdalangit dalam blog-nya yaitu "sangkan paraning dumadi".
Kemudian saya berjalan kedepan dan di depan saya melihat ada sebuah arca, menurut saya itu mungkin adalah arca atau petilasanya Raden Brawijaya. Tepat menghadap ke laut selatan dan di kanan kiri-nya diberi pagar pembatas. Saya hanya berdiri di depan pintu memandangi arca tersebut, namun entah kenapa seperti ada sebuah dorongan yang sangat kuat dari belakang terhadap saya sehingga akhirnya saya seperti tak sadar masuk dan langsung duduk bersila tepat di depan arca tersebut. Saya mencoba memejamkan mata dan merasakan ada sebuah rasa yang sangat kuat . Namun entah rasa apa yang saya rasakan saat itu. Saat itu saya belum bisa berkonsentrasi lebih jauh untuk bisa mencari dan menemukan rasa tersebut. Namun setelah suasana hati kembali tenang saya membuka mata. Saya menghaturkan rasa hormat dan bakti saya kepada mereka. Sebab tanpa beliau beliau kami tak akan bisa seperti sekarang ini.
Setelah merasa ada sesuatu yang melegakan hati dan merasa lebih tenang saya beranjak dari duduk bersila saya,dan memohon pamit.
Saya melanjutkan perjalanan bersama rombongan untuk ke pantai di sebrang bukit dan memang benar benar indah dan asri pantai tersebut. Sungguh hanya kekuatan Gusti Sang Maha Kuasa yang bisa membentuk keindahan tersebut. Tepat di tengah hamparan pasir terdapat dataran batu yang di sekelilingnya pasir putih. Saya mencoba duduk bersila dan merasa ada sebuah ketenangan yang sangat dalam, sebuah kenikmatan rasa yang belum pernah saya rasakan. Namun tidak lama saya merasakan rasa tersebut karena terpecahkan oleh panggilan adik yang segera mengajak pulang. Karena Agenda berikutnya adalah nyekar ke makam leluhur atau simbah simbah kami yang tersebar di bebrapa tempat.
Demikian sedikit cerita Perjalanan Sowan Ke Petilasan Raden Brawijaya V di Pantai Ngobaran Gunungkidul.
mestinya mbah daur ikut itu..hmmmm tempat tempat macem itu yang bikin kita tersadar akan hakikat kita sebenarnya ada di bumi ini...
ReplyDelete@mbah daur,,,, benar mbah,,, memang sungguh nikmat sekali bila kita bisa merasakan hal tersebut,,,, lain waktu gan kalo mau ikut boleh,,, hmmm
DeleteJogja ngangenke tenan, banyak kenangan indah di sana..terkahir ke pantai Baron itu tahun 1993..suwi ra tau mulih :(
ReplyDeletesuwun tulisane mas, membangkitkan kenanganku
-salam kenal mas-
salam kenal juga mas,,,, apakah panjenengan juga asli gunungkidul,,???salam rahayu...
Deletedulu dibalik rerimbunan pohon pandan tidak jauh dari situ ada semacam prasasti mas, katanya disitu tempat Sang Prabu bertapa, tahun 90 an saya pernah duduk duduk di situ, tempatnya adem banget
ReplyDeletedulu dibalik rerimbunan pohon pandan tidak jauh dari situ ada semacam prasasti mas, katanya disitu tempat Sang Prabu bertapa, tahun 90 an saya pernah duduk duduk di situ, tempatnya adem banget
ReplyDelete