Kapan Kita Ke Citra Lagi

Ini adalah sebuah cerita, yang terjadi di keluarga salah satu temanku. Sebut saja Tumijem.
Tumijem adalah seorang ibu yang memiliki 2 orang anak. Anak pertama bernama Silvi dan anak kedua bernama Anis. Silvi dan Anis terpaut umur 5th. Silvi yang saat itu sudah bersekolah kelas 2 sekolah dasar, dan adiknya masih berumur 3th.
Suami dari bu Tumijem sebut saja namanya Tumijo kerja menjadi buruh pabrik. Karena kondisi perekonomian keluarga sangat pas pas-an bu Tumijem mencoba melamar menjadi buruh pabrik.
Akhirnya suami istri sekarang dua-duanya kerja menjadi buruh pabrik.Karena keduanya kerja dipabrik maka anak anak mereka dititipkan dan diasuh oleh tetangga mereka sampai mereka pulang bekerja.
Dua tahun sudah kondisi seperti itu mereka jalani. Anak anak yang harusnya mendapat perhatian dari kedua orang tuanya sekarang kurang mendapat perhatian. Sebab bu Tumijem dan pak Tumijo pulang bekerja sudah malam sekitar jam 8 malam karena harus lembur. Berangkat pagi jam 7 sudah harus berangkat.
Jadi waktu untuk anak anak mereka terlupakan.
Hingga suatu hari beberapa bulan yang lalu tetangga yang mengasuh bilang bahwa si Silvi sekarang nafsu makannya berkurang, jika diberi makan nasi selalu dimuntahkannya.Uang jajan yang bu Tumijem berikan kepada silvi selalu saja utuh.
Bu Tumijem hanya berfikir mungkin Silvi lagi masuk angin.  Jadi nafsu makan berkurang.
Dibelikan obat warung, setelah meminum obat tersebut silvi sudah agak mendingan. Namun selang dua hari kondisi seperti itu terulang kembali. Silvi diberi minum obat warung lagi.
Dan kondisinya kembali membaik. Namun kondisi seperti itu terus berulang ulang. Hingga ketika silvi dibawa ke klinik terdekat pihak klinik memberi rujukan membawa silvi kerumah sakit.
Setelah dilakukan cek-up ternyata silvi mengidap infeksi usus kronis, dan disarankan untuk rawat inap. Pihak keluarga mengijinkan silvi untuk dirawat inap.
Dalam kondisi anak dirawat inap dirumahsakit bu Tumijem masih juga masuk kerja.
Disaat anaknya kritis dirumah sakit bu Tumijem tidak disamping anaknya mendampingi dan memberikan hangatnya kasih sayang seorang ibu. Hingga ajal anaknyapun tiba bu Tumijem tidak ada disana. Karena ketika silvi menghembuskan nafas terakhirnya sekitar jam 2 siang. dan saat itu bu Tumijem masih sibuknya bekerja dipabrik.
Kabar duka diterima oleh bu Tumijem dari rumah sakit. seketika itu juga bu Tumijem pingsan saat mendengar kabar bahwa anaknya telah tiada.

Sebenarnya silvi adalah anak yang penurut, pendiam, dan sangat pintar. Dilihat dari prestasi dia sewaktu masih duduk dikelas 1 dia mendapat peringkat pertama. Namun kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua, Silvi meninggal dunia diusia yang masih belia.
Ada sebuah catatan yang ditemukan oleh pak Tumijo saat membereskan buku buku pelajaran silvi semasa hidupnya yang berbunyi kurang lebih begini, " Kapan ayah dan ibu mengajak silvi dan adik jalan jalan ke Citra lagi naik bebek bebekan".

Betapa sebenarnya keluarga itu adalah yang nomer satu. Sebab kita banting tulang semua itu demi keluarga.
Ibarat kaki diatas kepala dibawah "njungkel njempalik kabeh kuwi dinggo anak" pepatah jawa mengatakan.
Setelah semua telah terjadi sesal-lah yang menghatui bu Tumijem.

4 comments:

  1. ya allah.. mantep banget nich cerita... ternyata bukan harta dan kemewahan semata yg di harapkan seorang anak dari ibu bapaknya.. saluuut nak eko semoga kita dapet pelajaran dari cerita ini..

    ReplyDelete
  2. @ipin..: iyo mas broo.... trenyuh aku di critani kui....

    ReplyDelete
  3. tapi yo ganti jenenge mosok bapak lan ibune tumijem karo tumijo ko anake keren men anis karo silvi.. hmmmmm tp gak po2 seng penting keren... asli

    ReplyDelete