Sebatang lilin
Hal di dunia sangat rumit dan penuh perubahan, jika dapat mempergunakan kebijaksanaan secara luwes, barulah dapat menghadapi segala macam kondisi dengan sangat tepat.
Ada seorang ayah yang memiliki banyak harta, dia merasa sangat kuatir jika nanti sesudah dirinya meninggal dunia, ketiga putranya tidak akan dapat menggunakan harta warisan dengan baik; dari itu, dia memikirkan satu cara dan memanggil ketiga putranya, dia berkata: “Aku hendak mewariskan harta kepada salah seorang yang paling bijak dari kalian, maka aku akan memberikan satu ujian --- aku akan memberikan sejumlah uang yang sama kepada kalian bertiga dan ingin menyaksikan bagaimana kalian dapat memenuhkan gudang dengan menggunakan uang ini.”
Ketiga putra ini lalu pergi dengan membawa uang yang diberikan ayah mereka, masing-masing berusaha mencari benda yang dapat memenuhi gudang. Ketika putra tertua berjalan, dia melihat di tepi jalan ada sebatang pohon besar, dia berpikir kalau pohon besar ini ditebang dan dipindahkan ke dalam gudang, pasti dapat memenuhi gudang. Dia lalu membeli pohon besar dengan uangnya dan menyewa orang untuk memindahkan pohon besar ke dalam gudang.
Putra kedua melihat di tepi sawah banyak terdapat jerami, berpikir kalau begitu banyak jerami tentu dapat memenuhi gudang, maka dia membeli semua jerami dengan uangnya.
Sebaliknya putra bungsu berpikir dengan sepenuh hati: bagaimana mencapai tujuan dengan jumlah uang paling minim? Akhirnya dia hanya membeli sebatang lilin. Ketika dia menyalakan lilin di dalam gudang, cahaya lilin segera memenuhi seluruh gudang. Ayahnya sangat suka cita dan memutuskan untuk mewariskan hartanya kepada anak bungsu.
Ada seorang pemilik restoran ingin memilih salah seorang dari tiga orang wakil manajer untuk menjadi manajer umum, dia bertanya kepada ketiga orang ini apakah terlebih dahulu ada ayam atau telor? Orang pertama mengatakan terlebih dahulu ada ayam, orang kedua mengatakan terlebih dahulu ada telor, sebaliknya orang ketiga menjawab: “Harus terlebih dahulu melihat apakah tamu memesan ayam atau telor ayam, jika memesan ayam, maka terlebih dahulu ada ayam, jika memesan telor ayam, maka terlebih dahulu ada telor ayam.” Hasilnya sudah tentu orang ketiga yang sangat kreatif ini yang terpilih menjadi manajer umum.
Semua makhluk memiliki sifat Buddha, setiap orang pada awalnya memiliki kebijaksanaan tiada terhingga, namun sudah tertutup oleh berbagai tabiat buruk, terlebih lagi ada satu kondisi batin yang senantiasa menghambat berkembangnya kebijaksanaan, yakni menganggap apa yang dipikirkan oleh diri sendiri adalah paling benar. Jika seseorang tidak dapat memperlakukan orang dan menangani masalh dengan dada lapang, maka apa yang dipikirkan dan diperbuat akan terkurung dalam lingkup kecil, tidak akan mampu mengatasi segala kemungkinan dengan trampil dan fleksibel.
Bagaimana caranya melapangkan dada dan mengembangkan kebijaksanaan? Tidak lari dari dua kata “bersungguh hati”. Kedua kata ini kalau didengar tidak terasa apa-apa, padahal konsep kebenarannya sangat mendalam, merupakan kunci kemajuan bagi seseorang dalam segala bidang, silahkan anda sekalian berupaya memahami konsep kebenaran ini dengan “bersungguh hati”.
Ceramah Master Cheng Yen pada tanggal 25 Agustus 1998
Artikel ini dikutip dari Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 381
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment